Dec 30, 2016

Pendidikan untuk Menangkal Proxy War

Bentuk sebuah ancaman bagi negara kini berbeda. Jika dulu ancaman adalah berupa ajakan baku hantam senjata, sekarang musuh bisa saja melucuti apa yang kita punya tanpa kita merasa menderita. Di era yang semakin modern ini, ancaman dapat menyelundup dan menghancurkan negara dalam keheningan hingga yang terakhir kita sadari negara kita sudah porak-poranda dari segi ekonomi, pendidikan, dan mental sumber dayanya. Lantas apa yang dapat kita lakukan untuk melindungi Indonesia?

Komandan Sesko TNI Letjen Agus Sutomo, S. E. bertandang ke ITB untuk mengisi kuliah umum Studium Generale pada Rabu (23/03/16). Dipandu Sekretaris Bidang Karakter, Dr. Umar Khayam, Komandan Sesko membahas bentuk ancaman yang dinamakan proxy war serta peran mahasiswa dalam mengatasinya dan mengantarkan Indonesia menuju Indonesia Emas. Indonesia Emas adalah masa kejayaan Indonesia yang dicanangkan untuk terjadi pada 17 Agustus 2045, yaitu bertepatan dengan 100 tahun dirgahayu Indonesia. Generasi mahasiswa saat inilah yang akan menjadi pelaku utama Indonesia Emas kelak.

Menilik keadaan saat ini, penduduk dunia yang semakin pesat pertumbuhannya merupakan suatu masalah. Supply kebutuhan yang mengecil dengan demand yang terus bertambah akan menyebabkan sumber kebutuhan pokok menjadi rebutan. Hasil penelitian BP tahun 2011 menyebutkan bahwa cadangan minyak hanya akan bertahan 45 tahun lagi. Namun, melihat perkembangan dunia saat ini, penelitian BP tahun 2014 melansir konsumsi minyak akan meningkat 41% di tahun 2035. Maka, diprediksi sebelum menginjak Indonesia Emas, cadangan minyak dunia sudah kandas tepatnya di tahun 2043. Proyeksi ini bukan mutlak, bahkan bisa saja bergeser maju.

Selain itu, potret masalah akibat menipisnya persediaan kebutuhan kini sudah terlihat di mana-mana. Misalnya tumpahnya perang-perang di Mesir, Libya, Irak, Iran, Kuwait, Suriah, Sudan, Kongo, Yaman, Nigeria, dan Ukraina (migasreview.com, Agustus 2015). Kenyataannya, energi tidak dapat diperbaharui, namun dapat digantikan. Ini yang dapat menjadi keuntungan Indonesia sebagai negara yang berada di garis ekuator. Sumber energi terbarukan dapat kita temukan dengan mudahnya di negara kita. Namun keadaan ini juga bisa membawa petaka, diperkirakan di tahun 2043, penduduk orang yang tinggal di luar ekuator akan menyerbu negra-negara dengan matahari sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ini akan menjadi pemantik perang energi yaitu pertempuran merebutkaan pangan, air, dan sumber kehidupan lainnya. Palagan pertempuran akan bergeser dari negara penghasil minyak ke negara subur.

Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan terbesar di ekuator - memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Soekarno pernah berkata bahwa kekayaan alam Indonesia suatu saat dapat membuat iri negara-negara dunia. Ini juga didukung dengan pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa kekayaan kita justru bisa menjadi petaka buat kita. Komandan Sesko turut menambahkan:  "Ya, jika kita masih meributkan ego sektoral," ujarnya.

Dalam bagian selanjutnya, terdapat bahasan mengenai tantangan terselubung yang harus dihadapi masyarakat Indonesia dalam menuju masa emasnya. Keadaan tersebut harus dicegah dengan pemahaman preventif oleh masyarakat agar tidak terjadi keadaan yang tidak diinginkan. Tantangan tersebut diantaranya: (1) membeli dan menguasai media massa untuk melakukan pembentukkan opini, rekayasa sosial, dan kegaduhan masyarakat; (2) mengadu domba TNI dan Polri lewat berbagai cara sehingga terjadi kekacauan dan gangguan stabilitas sosial; (3) mendapatkan pemimpin Indonesia sedini mungkin sehingga memihak dan dapat dikendalikan asing; (4) investasi besar-besaran ke Indonesia; (5) mengekploitasi sumber alam dan menjadikan Indonesia sebagai pasar untuk menjual produk asing; dan (6) menghancurkan generasi muda Indonesia melalui berbagai budaya negatif seperti perilaku konsumtif, judi, narkoba, dan LGBT. Hal-hal inilah yang dimaksud sebagai proxy war atau perang yang masuk ke sendi-sendi kehidupan yang beragam. Proxy war dilakukan oleh non-state actor, tapi dikendalikan oleh state. Indikasinya ditunjukkan dengan gerakan separatis, demo anarkis, sistem regulasi dan perdagangan yang merugikan, peredaran narkoba, dan masih banyak lagi. Menurut Komandan Sesko, inilah gambaran "invisible hands" yang mendesain berbagai bentuk opini kebencian agar menjadi candu bagi kita dan membuat kita ketagihan bertengkar. Sudah menjadi barang pasti bagi kaum intelek seperti mahasiswa untuk hadir di tengah-tengah masyarakat dan senantiasa membangun suasana yang guyub serta konstruktif demi keutuhan bangsa.

"Dari segi geografis, kita memiliki keunggulan berupa daratan dan lautan yang luas. Dari segi demografis kita punya kearifan lokal. Kita juga punya Pancasila," ungkap Komandan Sesko. Menurutnya, jika kita dapat konsisten dan sungguh-sungguh, sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan kita genggam kebali. Tonggak sejarah sudah diperjuangkan dari 1808 hingga proklamasi kemerdekaan oleh para pendahulu, sekarang giliran kita memperjuangkan tonggak sejarah untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

No comments:

Post a Comment