Jun 25, 2015

Etnopedagogik dan Internasionalisasi Pendidikan

Pada saat Sekolah Berstandar Internasional (SBI) sedang berkembang, karena Undang-undang beramanat demikian, guru, siswa maupun orang tua siswa terlihat seperti lebih bangga bila anaknya masuk sekolah di SBI. Alasan utamanya adalah karena peserta didik yang masuk SBI adalah peserta didik pilihan, proses pembelajaranya menggunakan bahasa internasional (baca: Bahasa Inggris), perlengkapan dan alat ajarnya lebih canggih dan unggul disbanding sekolah lain, begitu pula dengan gurunya yang merupakan guru pilihan. Namun demikian, kita jangan sampai lupa, internasionalisasi bukan berarti mendidik peserta didik dengan cara asing, dan meninggalkan adat dan budaya bangsa sendiri. Sebaliknya, dengan internasionalisasi harus bisa melerstarikan adat dan budaya sendiri, agar bisa berhubungan dan di kenal oleh bangsa lain. Bahkan berusaha supaya bangsa lain merasa tertarik dan ingin mempelajari adat dan budaya yang kita miliki. Oleh sebab itu, pendidikan tidak bisa lepas dari adat dan budaya bangsa. Upaya pendidikan  yang diri kepada budaya peserta didik disebut  etnopedagogik.

Dilihat dari asal katanya, etnopedagogik dibentuk oleh dua kata, yaitu etnik yang berarti suku bangsa atau bangsa; dan pedagogik berarti ilmu pendidikan atau ilmu mendidik. Bila diartikan secara keseluruhan, etnopedagogik ialah ilmu pendidikan yang berhubungan dengan satu suku bangsa atau bangsa. Hal tersebut mengandung arti bahwa pendidikan dan ilmu pendidikan tidak bisa lepas bahkan harus dibangun oleh falsafah kehidupan bangsa atau suku bangsa yang menjadi perserta didiknya. Lebih mendalam, etnopedagogik bisa diartikan ilmu pendidikan yang berdasar kepada budaya dan adat kebiasaan masyarakat yang harus dilestarikan, supaya maju dan berkembang, dan terwujud menjadi kehidupan yang unggul dan hidup berdampingan dengan bangsa lain di dunia. Etnopedagogik tidak berarti  hanya memajukan bidang-bidang unggul dalam kehidupan masarakat yang berdasarkan budayanya, tapi juga harus memajukan, mengembangkan dan memperbaiki malah mungkin mengubah tata perilaku atau tata pikir masyarakat agar bisa mendalami berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan membangun kehidupan bersama dengan masarakat di luar dirinya sambil tetap melestarikan budayanya.
Mengapa bagian-bagian pendidikan dan penerapannya dalam proses pembelajaran harus mengakar kepada budaya masarakat yang dididik? Sebab, budaya merupakan satu sistem yang memiliki arti khusus bagi masyarakat yang menurunkan kebiasaanya kepada generasi seterusnya, untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, meraih kebahagiaan, dan kesejahteraan kehidupan serta mewujudkan arti dari kehidupan itu sendiri. Dilihat dari arti budaya yang disebutkan, sangat jelas, bila perilaku, tata pikir, rasa, dan kesadaran manusia tidak akan bisa lepas dari budayanya. Bisa dipsatikan, bila pendidikan keluar dan lepas dari akar budaya masyarakat, maka perilaku, tata pikir, rasa, dan kesadaran yang harus dikembangkan oleh pendidikan tidak akan sejalan dengan kehidupan sehari-hari yang dijalani masyarakat.
Setiap masyarakat memiliki budaya yang berbeda. Untuk kepentingan pendidikan, guru atau pendidik harus mengerti secara mendalam akan perilaku, tata pikir, rasa, kesadaran dan keunikan manusia dalam raung lingkup budayanya. Belajar matematika, sains, bahasa, olah raga, tekhnologi, dan bidang ilmu lainnya tidak akan bisa lepas dari perilaku, tata pikir, rasa, dan kesadaran yang berkembang dalam ruang lingkup budaya. Pendidikan yang berdasarkan budaya tidak dimaksudkan bahwa masyarakat yang dididik hanya sekedar mempelajari dan melestarikan budayanya sendiri dan tidak menghargai budaya lain atau memisahkan diri dari budaya lain, atau jadi masayarakat ekslusif. Tapi sebaliknya, mendidik masyarakat untuk mendalami ilmu pengetahuan berdasarkan budayanya, menjungjung tinggi tata kehidupan dalam membangun kehidupan bersama, yang menjadi dasar untuk meraih kehidupan demokratis.
Melihat hal-hal yang dijelaskan, etnopedagogik memiliki beberapa patokan atau prinsip, yaitu:
1.             Berdasar kepada budaya masyarakat; oleh sebab itu pendidikan memiliki tanggung jawab untuk melestarikan, mengembangkan dan memelihara budaya dalam konteks perkembangan zaman.
2.             Berdasar kepada kebutuhan masing-masing; mengandung arti bahwa pendidikan memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi (perorangan maupun kelompok) yang sesuai dengan kemampuan serta keadaan, dan mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan budaya kehidupan.
3.             Berdasar kepada sikap tenggang rasa; artinya pendidikan mengemban tanggung jawab untuk membangun masyarakat inklusi, yaitu masyakarat yang bisa menghargai semua anggotanya baik yang kaya maupun yang miskin, yang memiliki jabatan maupun pekerja biasa, yang unggul maupun yang rendah, memiliki hak dan tanggung jawab untuk berperan dalam kehidupan.

Kembali lagi kepada persoalan awal mengenai internasionalisasi. Jika demikian halnyaapakah yang disebut internasionalisasi pendidikan itu disebabkan karena:
  1. Bahasa yang digunakan adalah bahasa asing?
  2. Siswanya datanag dari berbagai negara? 
  3. Pembelajarannya menggunakan tekhnologi  canggih?
  4. Meliputi berbagai macam budaya? atau
  5. Gurunya didatangkan dari negara lain?
Sepertinya, bila dilihat hubungannya dengan etnopedagogik, apa yang dipertanyakan di atas tidak bisa begitu saja dijadikan patokan atau ukuran sebuah sekolah disebut sebagai SBI. Yang menjadi sebab, yaitu jati diri selaku bangsa jangan sampai luntur oleh internasionalisasi. Tumbuh dan berkembangnya masyarakat bisa digambarkan ibarat spiral, dari keadaan yang berlandaskan budaya sendiri (etnosentrik) sampai kepada kehidupan dengan berbagai macam budaya (kosmopolit). Di antara kutub etnosentrik dan kosmopolit jati diri selaku pribadi atau bangsa diuji, apakah akan menjadi orang atau bangsa yang bisa menyesuaikan diri  dengan jaman dan bisa menaklukan kemajuan jaman, atau jadi orang yang tidak memiliki pegangan, hidup hanya sebatas menyesuaikan? Etnopedagogik menekankan bahwa kearifan lokal merupakan kekuatan untuk membangun jati diri masyarakat, sumber inspirasi untuk mengubah keadaan supaya masyakarat jadi lebih maju dan berkembang, memiliki sikap tenggang rasa, menghargai alam dan Sang Pencipta.
Oleh sebab itu pendidikan, dengan pendekatan etnopedagogik, untuk mewujudkan dan meraih internasionalisasi harus dilaksanakan dengan mengedepankan hal-hal berikut.
Memperkuat jati diri bangsa; pendidikan harus membangun karakter bangsa yang kuat
Memperhatikan budaya sendiri; yang unggul terus dipihara dan dikembangkan, sedangkan yang kurang diperbaiki, malah bila perlu diganti supaya menjadi sikap atau tata pikir yang lebih bagus sesuai dengan kehidupan jaman.
Meningkatkan kemampuan diri sendiri dengan cara belajar seumur hidup agar bisa berperan aktif di negara atau bangsa sendiri, atau dengan bangsa lain dengan kehidupan yang rukun.

Hal yang paling penting untuk guru ialah guru harus punya kemampuan untuk mendalami kehidupan budaya siswa dan masyarakat, memiliki ilmu pendidikan  yang disertai dengan budaya kehidupan masyarakat sendiri.









No comments:

Post a Comment