Pada saat Sekolah Berstandar Internasional (SBI) sedang berkembang, karena Undang-undang beramanat demikian, guru, siswa maupun orang tua siswa terlihat seperti lebih bangga bila anaknya masuk sekolah di SBI. Alasan utamanya adalah karena peserta didik yang masuk SBI adalah peserta didik pilihan, proses pembelajaranya menggunakan bahasa internasional (baca: Bahasa Inggris), perlengkapan dan alat ajarnya lebih canggih dan unggul disbanding sekolah lain, begitu pula dengan gurunya yang merupakan guru pilihan. Namun demikian, kita jangan sampai lupa, internasionalisasi bukan berarti mendidik peserta didik dengan cara asing, dan meninggalkan adat dan budaya bangsa sendiri. Sebaliknya, dengan internasionalisasi harus bisa melerstarikan adat dan budaya sendiri, agar bisa berhubungan dan di kenal oleh bangsa lain. Bahkan berusaha supaya bangsa lain merasa tertarik dan ingin mempelajari adat dan budaya yang kita miliki. Oleh sebab itu, pendidikan tidak bisa lepas dari adat dan budaya bangsa. Upaya pendidikan yang diri kepada budaya peserta didik disebut etnopedagogik.
Dilihat dari asal
katanya, etnopedagogik dibentuk oleh dua kata, yaitu etnik yang
berarti suku bangsa atau bangsa; dan pedagogik berarti ilmu pendidikan atau ilmu mendidik. Bila diartikan secara keseluruhan,
etnopedagogik ialah ilmu pendidikan yang berhubungan dengan
satu suku bangsa atau bangsa. Hal tersebut mengandung arti bahwa pendidikan dan
ilmu pendidikan tidak bisa lepas bahkan harus dibangun oleh falsafah kehidupan
bangsa atau suku bangsa yang menjadi perserta didiknya. Lebih mendalam,
etnopedagogik bisa diartikan ilmu pendidikan yang berdasar
kepada budaya dan adat kebiasaan masyarakat yang harus dilestarikan, supaya
maju dan berkembang, dan terwujud menjadi kehidupan yang unggul dan hidup berdampingan dengan bangsa lain di dunia. Etnopedagogik tidak
berarti hanya memajukan bidang-bidang unggul dalam
kehidupan masarakat yang berdasarkan budayanya, tapi juga harus
memajukan, mengembangkan dan memperbaiki malah mungkin mengubah tata perilaku atau tata pikir masyarakat agar bisa mendalami berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan membangun
kehidupan bersama dengan masarakat di luar dirinya sambil tetap melestarikan
budayanya.
Mengapa bagian-bagian pendidikan dan penerapannya
dalam proses pembelajaran harus mengakar kepada budaya masarakat yang dididik?
Sebab, budaya merupakan satu sistem yang memiliki arti
khusus bagi masyarakat yang menurunkan kebiasaanya kepada generasi seterusnya,
untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, meraih kebahagiaan, dan kesejahteraan
kehidupan serta mewujudkan arti dari kehidupan itu sendiri. Dilihat dari arti
budaya yang disebutkan, sangat jelas, bila perilaku, tata pikir, rasa,
dan kesadaran manusia tidak akan bisa lepas dari budayanya. Bisa dipsatikan,
bila pendidikan keluar dan lepas dari akar budaya masyarakat, maka perilaku, tata pikir, rasa, dan kesadaran yang harus dikembangkan oleh
pendidikan tidak akan sejalan dengan kehidupan sehari-hari yang dijalani masyarakat.
Setiap masyarakat
memiliki budaya yang berbeda. Untuk kepentingan pendidikan, guru atau pendidik
harus mengerti secara mendalam akan perilaku, tata pikir, rasa, kesadaran dan
keunikan manusia dalam raung lingkup budayanya. Belajar matematika,
sains, bahasa, olah raga, tekhnologi, dan bidang ilmu lainnya tidak akan bisa
lepas dari perilaku, tata pikir, rasa, dan kesadaran yang
berkembang dalam ruang lingkup budaya. Pendidikan yang berdasarkan budaya tidak
dimaksudkan bahwa masyarakat yang dididik
hanya sekedar mempelajari dan melestarikan budayanya sendiri dan tidak
menghargai budaya lain atau memisahkan diri dari budaya lain, atau jadi
masayarakat ekslusif. Tapi sebaliknya, mendidik masyarakat untuk mendalami ilmu
pengetahuan berdasarkan budayanya, menjungjung tinggi tata kehidupan dalam
membangun kehidupan bersama, yang menjadi dasar untuk meraih kehidupan
demokratis.
Melihat hal-hal yang dijelaskan, etnopedagogik memiliki beberapa
patokan atau prinsip, yaitu:
1.
Berdasar
kepada budaya masyarakat; oleh sebab itu pendidikan memiliki tanggung jawab
untuk melestarikan, mengembangkan dan memelihara budaya dalam konteks perkembangan zaman.
2.
Berdasar
kepada kebutuhan masing-masing; mengandung arti bahwa pendidikan memiliki
tanggung jawab untuk mengembangkan potensi (perorangan maupun kelompok) yang sesuai dengan kemampuan serta keadaan, dan mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan budaya kehidupan.
3.
Berdasar
kepada sikap tenggang rasa; artinya pendidikan mengemban tanggung jawab untuk
membangun masyarakat inklusi, yaitu masyakarat yang bisa menghargai semua
anggotanya baik yang kaya maupun yang miskin, yang memiliki jabatan maupun
pekerja biasa, yang unggul maupun yang rendah, memiliki hak dan tanggung jawab
untuk berperan dalam kehidupan.
Kembali lagi kepada persoalan awal mengenai internasionalisasi. Jika demikian halnya, apakah yang disebut
internasionalisasi pendidikan itu disebabkan
karena:
- Bahasa yang digunakan adalah bahasa asing?
- Siswanya datanag dari berbagai negara?
- Pembelajarannya menggunakan tekhnologi canggih?
- Meliputi berbagai macam budaya? atau
- Gurunya didatangkan dari negara lain?
Sepertinya, bila dilihat hubungannya dengan etnopedagogik, apa yang dipertanyakan di atas tidak bisa begitu saja dijadikan patokan atau ukuran
sebuah sekolah disebut sebagai SBI. Yang menjadi sebab, yaitu jati diri selaku bangsa jangan sampai luntur oleh
internasionalisasi. Tumbuh dan berkembangnya masyarakat bisa digambarkan ibarat
spiral, dari keadaan yang berlandaskan budaya sendiri (etnosentrik) sampai
kepada kehidupan dengan berbagai macam budaya (kosmopolit). Di antara kutub
etnosentrik dan kosmopolit jati diri selaku pribadi atau bangsa diuji, apakah
akan menjadi orang atau bangsa yang bisa menyesuaikan diri dengan jaman dan bisa menaklukan kemajuan
jaman, atau jadi orang yang tidak memiliki pegangan, hidup hanya sebatas
menyesuaikan? Etnopedagogik menekankan bahwa kearifan lokal merupakan
kekuatan untuk membangun jati diri masyarakat, sumber inspirasi untuk mengubah keadaan supaya masyakarat jadi lebih maju dan berkembang, memiliki
sikap tenggang rasa, menghargai alam dan Sang Pencipta.
Oleh sebab itu
pendidikan, dengan pendekatan
etnopedagogik, untuk
mewujudkan dan meraih internasionalisasi harus dilaksanakan dengan mengedepankan hal-hal berikut.
Memperkuat
jati diri bangsa; pendidikan harus membangun karakter bangsa yang kuat
Memperhatikan
budaya sendiri; yang unggul terus dipihara dan dikembangkan, sedangkan yang
kurang diperbaiki, malah bila perlu diganti supaya menjadi sikap atau tata
pikir yang lebih bagus sesuai dengan kehidupan jaman.
Meningkatkan
kemampuan diri sendiri dengan cara belajar seumur hidup agar bisa berperan
aktif di negara atau bangsa sendiri, atau dengan bangsa lain dengan kehidupan
yang rukun.
Hal yang paling
penting untuk guru ialah guru harus punya kemampuan untuk mendalami kehidupan
budaya siswa dan masyarakat, memiliki ilmu pendidikan yang disertai dengan budaya kehidupan
masyarakat sendiri.
No comments:
Post a Comment